Penterjemah: Ian Haight, T'ae-young Ho
Bahasa: Korea (asli), English (terjemahan)
Tahun Terbit: 4 Juni 2013
Penerbit: White Pine Press
Jumlah halaman: 108 halaman
Jenis: E-book (dapat diakses di Digital Library of Korean Literature)
Rating: ☾☾☾
Sinopsis:
"Hyesim's poems:
transformative as walking high granite mountains by moonlight, with
fragrant herbs underfoot and a thermos of clear tea in the backpack.
Their bedrock is thusness, their images' beauty is pellucid and
new, their view without limit. The shelf of essential Zen poets for
American readers grows larger with this immediately indispensable
collection."—Jane Hirshfield
"His poems speak softly and clearly, like hearing a temple bell that was struck a thousand years ago."—Sam Hamill
Chin'gak Kuksa Hyesim (1178–1234) was the first Zen master dedicated to poetry in Korea.
Ian Haight's books of translations include Borderland Roads: Selected Poems of Ho Kyun and Garden Chrysanthemums and First Mountain Snow: Zen Questions and Answers from Korea.
"His poems speak softly and clearly, like hearing a temple bell that was struck a thousand years ago."—Sam Hamill
Chin'gak Kuksa Hyesim (1178–1234) was the first Zen master dedicated to poetry in Korea.
Ian Haight's books of translations include Borderland Roads: Selected Poems of Ho Kyun and Garden Chrysanthemums and First Mountain Snow: Zen Questions and Answers from Korea.
If I have no worried, why do I need wine?To archieve a tranquil heart is to have made a home.[The Delight of Contentment]
Buku pertama yang saya putuskan untuk review adalah kumpulan puisi karya Chin'gak Kuksa Hyesim yang merupakan biksu pertama yang mendedikasikan diri untuk menulis puisi di Korea.
Hyesim lahir di Hwasung, provinsi Cholla dari Ayah bernama Ch'oe Wan dan Ibu bernama Pae. Nama marga Ibu Hyesim tidak tercatat dalam sejarah lantaran jika sudah menikah, memang pada jaman tersebut tidak perlu dituliskan. Setelah kematian Ayahnya, Hyesim muda hendak menjadi biksu, tetapi ditentang oleh Ibunya.
Akhirnya dia belajar Konfusius dan Buddha di rumah. Membuatnya menjadi terpelajar dalam bidang literatur dan membuat Hyesim berbeda dari biksu lainnya. Saat mempersiapkan diri di akademi untuk menjadi pegawai pemerintahan, Ibu Hyesim meninggal dan membuatnya akhirnya bisa menjadi biksu.
Waktu awal mengabdi menjadi biksu, Hyesim di bawah bimbingan Pojo Kuksa Chinul yang merupakan figur penting untuk bangkitnya Buddha di Korea dan juga pendiri pertama sekolah Buddha di Korea. Hyesim merupakan biksu yang memiliki reputasi tertinggi karena selain menjadi kepala biksu atas perintah kerajaan, juga beberapa kali mendapatkan penghargaan tertinggi dari Raja sampai tahun kematiannya.
Beberapa buku puisi yang dituliskannya antara lain The Enlighten Mind, The Saying of Chin'gak Kuksa of the Chogye Order, Readings of the Diamond Sutra, Elements of Son School dan Poems by Muuija. Muuija adalah pen name Hyesim yang berarti lelaki yang tidak mengenakan pakaian yang mengindikasikan dia tidak begitu memiliki banyak keinginan di dunia. Namun, semua orang menuliskan Hyesim saat mempublikasikan karyanya.
Buku ini, Magnolia & Lotus: Selected Poems of Hyesim merupakan buku yang masih ada arsipnya di Universitas Kumasawa, Jepang. Karya Hyesim pada jamannya berbeda dari karya-karya lainnya adalah caranya yang menggabungkan nilai Konfusius serta Buddha, karena pada jaman itu belum lazim menerima dua nilai yang berbeda dalam satu sistem.
Topik puisi yang dibuat oleh Hyesim biasanya dibagi menjadi 4 tema.
- Regulasi tentang Buddha dan mendisiplinkan diri sendiri.
- Representasi dan kebahagiaan dari alam.
- Ketertarikan kepada benda atau objek yang dijabarkan untuk mengerti tentang praktek Buddha.
- Menerima dan merespon realitas.
Opportune refreshment is not easy to be find—
in this place, I'll try to brew tea.[Tea Spring]
Kalau ingin membaca ini, saya harus bilang banyak metapora yang tergantung kepada diri sendiri untuk menterjemahkannya. Seperti brew tea di kutipan atas, maknanya memang bisa benar-benar merebus teh atau maknanya bermeditasi untuk menenangkan diri. Juga ada istilah-istilah Buddha yang saya rasa kalau bukan orang yang beragama tersebut atau yang pernah mempelajari konsep Buddha, akan merasa kebingungan.
Sejujurnya saya beberapa kali harus berhenti membaca dan membuka mesin pencarian untuk mengerti maknanya. Meski pada akhir buku akan ada penjelasan beberapa puisi, tetapi bagi yang merasa metapora buku ini terlalu berat untuk dipahami akan berakhir pusing memikirkan makna yang sebenarnya.
Untuk isi bukunya, saya lebih suka kalau temanya membahas representasi dan kebahagiaan dari alam serta menerima dan merespon realitas. Mungkin karena saya lebih mengerti maknanya dan juga karena beberapa menjadi bahan renungan. Karena setelah ratusan tahun berlalu, masih tetap valid hingga jaman sekarang.
Beberapa judul favorit saya karena begitu kena kepada diri sendiri antara lain:
- The Delight of Contentment, ini menurut saya tentang kalau hidup baik-baik saja, jangan overthinking.
- Tea Spring, ini menurut saya tentang ketenangan itu adalah pilihan diri sendiri.
- Patienly Dreaming, a Buddhist Layman Asks for a Poem About the Pasture Cow, ini menurut saya tentang menerima pemikiran bahwa tidak bisa melakukan sesuatu, padahal sebenarnya bisa, hanya karena lingkungannya selama ini membuatnya percaya untuk tidak bisa melakukannya.
- Choejon Asks for Dharma, So I Copy This and Send It, ini menurut saya yang paling membuat terdiam selama beberapa saat. Karena rasanya seperti mempertanyakan saya waktu merasa tidak percaya diri.
- Again, a Poem Given at Departure, ini menurut saya adalah puisi tentang hubungan pertemanan yang paling mengena di antara beberapa puisi dengan tema serupa. Bahwa meski ratusan tahun berlalu, hubungan pertemanan yang sejati tetaplah sama bagi manusia jika dipisahkan satu sama lainnya.
- Emotions of Seasons, ini menurut saya benar-benar menggambarkan emosi setiap musim dengan baik. Musim semi dengan kebahagiaan dan harapan. Musim panas dengan cuacanya dan tetap memilih untuk tenang. Musim gugur dengan kesedihan yang terjadi. Musim dingin dengan mempertanyakan siapa yang memberikan batasan pada pikiran.
Saya memberikan 3 bulan sebagai rating buku ini karena puisi-puisi di sini menarik untuk beberapa bagian dan masih tetap valid untuk masa sekarang.