Rencana 2022 Ini

Monday, January 24, 2022
Sejujurnya, saya tidak heran pada akhirnya tahun lalu tidak sebanyak itu membaca dan lupa eksistensi blog ini. Konsistensi bukanlah hal yang bisa disandingkan dengan saya, tetapi bukan berarti akan menerima hal itu begitu saja.


2022 sudah berjalan 24 hari. Saya juga tahun ini memiliki niatan yang realistis, membuat review 12 buku selama setahun. Kalau lebih, saya tentu senang sekali. Kalau tidak pun, ya tidak apa-apa. Saya menyadari kecepatan saya membaca tidak seperti dahulu dan meski berusaha seperti apa pun, tidak bisa mengembalikannya.

Daripada frustrasi, lebih baik saya mengikuti kemampuan diri sendiri.

Tahun ini, rencananya blog ini saya niatkan untuk dioptimalkan fungsinya. Saya juga ingin melihat kembali hal-hal yang sudah saya baca dan bisa mengerti alasan diri ini memberikan penilaian yang seperti itu.

Hanya postingan singkat, karena saya ingin memulai postingan pada awal tahun pada blog ini.

[6] My Coffee Affair and Other Snacks

Saturday, September 11, 2021
Judul: My Coffee Affair and Other Snacks
Pengarang:
Zulie
Bahasa: English
Tahun Terbit: 30 Juli 2018
Penerbit: POP (Imprint KPG)
Jumlah halaman: 176 halaman
Jenis: Soft Cover (dibeli saat promo Gramedia Official di Tokopedia 26 Mei 2021) 
Rating: ☾☾☾☾
Sinopsis:
sitting by the window side
my empty cup has dried
those dreams lead me somewhere
that makes me feel beyond compare

but

you can’t decide
to withdraw or collide
how to get out fair
from this lunatic affair
 

Sebenarnya buku ini dibeli karena Gramedia waktu itu sedang diskon dan pesanan pertama saya dibatalkan. Tentu saja kesal, tetapi akhirnya membeli buku ini dan buku lainnya yang saya lupa apa. Ternyata, saya tidak menyesalinya. Karena buku ini ternyata full color dan saya tidak menyangka hal tersebut untuk buku terbitan Indonesia.
 
Saya sejujurnya tidak tahu Zulie itu siapa, jadilah mencari ke Goodreads setelah check out. Sudah, jangan marahi saya beli bukunya dahulu baru dicari tahu reviewnya, lol. 

Ternyata penulis dan ilustrator bukunya ini artist di Instagram dan pantas gambarnya benar-benar cantik, bahkan untuk di foto oleh manusia paling payah memfoto sesuatu ini.
 
Buku ini dibagi dengan 2 bagian besar. Bagian 1, My Coffee Affair dan bagian 2, Other Snacks. 

 
Saat membaca bagian pertama, saya pikir awalnya lelaki yang dimaksudkan buku ini adalah selebgram gitu. Namun, setelah sampai di akhirnya, saya baru sadar kalau lelaki yang dimaksud buku ini adalah selebritis.
 
Wah, amat sangat trope your name kalau di fanfiksi ya, wkwkwk. Namun, ini bukan berarti buruk, tetapi justru menyenangkan melihat trope yang klise bisa diolah dengan cara seperti ini oleh penulisnya.
 

Juga saya suka dengan penggambaran kisahnya yang realistis. Apalagi akhir buku ini yang benar-benar bikin saya menyukai bukunya karena akhirnya yang tidak memaksakan harus berbahagia. Apalagi penulisnya tidak hanya menyalahkan pihak lelakinya, tetapi juga menyadari kisahnya berakhir seperti itu karena ada kesalahan dari sisinya.
 
Hal yang rasanya banyak tidak disadari oleh orang-orang saat membuat karya fiksi. Karena kesalahan itu tidaklah hanya ada 1 sisi, semua sisi memiliki kontribusinya tersendiri.
 
 
Pada buku kedua, saya pikir akan seperti buku pertama yang kumpulan puisi saling bersambung membentuk cerita, ternyata tidak. Ini adalah segmen dimana fragmen-fragmen puisi dituliskan dengan tema yang sama seperti bagian 1, cinta.
 
Namun, tidak hanya melulu tentang cinta kepada orang lain, bagian ini juga membahas tentang cinta kepada diri sendiri dan itu menyenangkan. Karena ada banyak buku yang selalu mengimplikasikan bahwa cinta itu selalu berasal dari orang lain untuk membuat kehidupan menjadi lengkap.
 

Saya memberikan rating 4 untuk buku ini. Karena setelah membaca banyak buku yang mengecewakan saya meski sudah tidak meletakkan ekspetasi apa pun kepada buku lainnya, buku ini membuat saya terkejut. Karena benar-benar cantik, indah dan saya merasakan cinta penulisnya di setiap halaman bukunya. Buku ini membuat saya ingin membaca karya penulisnya yang lain.

[5] Love Unlove Repeat

Judul
: Love Unlove Repeat
Pengarang:
Adi K. (poem) Emte (illustration)
Bahasa: English
Tahun Terbit: 22 Januari 2018
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 206 halaman
Jenis: Soft Cover (dibeli saat Mystery Box Gramedia bulan Desember 2020) 
Rating: ☾☾
Sinopsis:
Sometimes forgive and forget is not enough
we have to unlove.



“Memories are fragments of the soul. That's why our mind needs this book’s words to make us whole.”
Djenar Maesa Ayu

“This book contains so many emotions. I was so captivated 
by the words chosen. Absolutely amazing poems.”
Artika Sari Devi

“I can tell that this book has a deep meaning,
the words really come from the heart.”
—Nadine Chandrawinata

"Adi played with subtle descriptions, metaphors, and personification
to describe his steamy experiences and imagination."
Jakarta Post
 
DIRTY THOUGHT

So many things
in my mind
but only
one dirty thought
of you
that is
bothering me.
[hlm. 21]
 
Buku kumpulan puisi ini benar-benar tidak saya pilih untuk dibeli. Karena buku ini saya dapatkan saat membeli mystery box di website Gramedia pada acara 12.12 bulan Desember 2020 yang lalu. Sejujurnya saat memutuskan untuk membaca ini, saya tidak memiliki ekspetasi apa pun. Ternyata, itu keputusan yang tepat karena saat membacanya (pertama kali), buku ini rasanya oke. 

Namun, waktu itu saya tidak memutuskan untuk menilai di Goodreads karena sejujurnya pun tidak yakin buku ini cocok di rating berapa?

Bulan September 2021, saya memutuskan untuk membaca ulang dan ternyata ... wah :)))

Saya sampai penasaran dengan Adi K. ini siapa dan dari membaca cepat, beliau adalah penulis senior yang sudah menuliskan lebih dari 50 buku. Kebanyakan karyanya diterbitkan di Elex Media Koputindo dan menurut saya itu pencapaian loh. Meski tidak yakin juga ingin membeli buku penulis ini lantaran buku pertama yang saya baca tidak memberikan impresi apa pun.

ROUGH LOVE

I can write you
a beautiful poem tonight,
but I'm gonna make
rough and crazy love
to you instead.
[hlm. 29]
 
Buku ini memang disebut sebagai kumpulan puisi, tetapi tidak ada yang spesial selain ilustrasinya yang oke. Namun, itu pun tidak bisa membuat buku ini memberikan impresi yang baik untuk saya lantaran banyak ilustrasi yang tidak sesuai dengan puisi yang dibuat.

Buku ini memiliki rating 21+ dan sejujurnya saya awalnya bingung.

Memangnya buku puisi bisa dibuat dengan unsur dewasa? Atau jangan-jangan ilustrasinya ada memuat unsur dewasa?
 
Oh ternyata saat membacanya ... oh oke, saya paham maksud buku ini memiliki rating 21+ dan saran untuk penerbit, tolong tulisan rating itu ditempatkan yang cukup mudah terlihat. Jangan ukuran kecil dan di barcode karena saya tidak begitu yakin orang-orang akan seperhatian itu pada tulisan 21+ di sana. 
 
EMPTINESS

When you're expecting someone
or something to be there,
but turns out that
you are the only one present
in the void of
non-existent universe.
[hlm. 73]

Juga untuk isi puisinya, daripada saya merasa ini tentang jatuh cinta, patah hati lalu mengulang fase yang sama seperti yang dijanjikan oleh judul buku ini, rasanya lebih seperti kumpulan quote aesthetic Tumblr yang dibukukan. Saking tidak memberikan impresi apa pun dari banyak puisi yang ada di buku ini.
 
Rasanya seperti membaca curhatan pribadi penulisnya tentang pengalamannya jatuh cinta dan bukan membiarkan pembacanya merasakan jatuh cinta, patah hati dan mengulang fase tersebut. Juga rating 21+ itu lebih menggambarkan jatuh cinta ke arah seksual.
 
Memang benar jatuh cinta pasti akan berujung ke arah seksual, tetapi kalau sepanjang buku menekankan hal tersebut sementara ada banyak jenis cinta yang bisa dieksplorasi itu ... aneh. Saya pikir, 21+ memang untuk hal seksual dan memang sepenting itu untuk sepanjang isi buku puisi ini, tetapi ternyata ... ah sudahlah.
 
Apa yang saya sukai dari buku ini? Ilustrasinya.
 
Itu jugalah yang membuat saya akhirnya memberikan rating 2 kepada buku ini. Kalau tidak ada ilustrasinya, saya tidak akan ragu memberikan rating 1 kepada buku ini.

[4] The Little Prince

Sunday, September 5, 2021
Judul: The Little Prince
Pengarang:
Antoine de Saint-Exupéry
Bahasa: English
Tahun Terbit: 06 April 1943
Penerbit: Wilco
Jumlah halaman: 127 halaman
Jenis: Hard Cover (dibeli saat BBW Maret 2021) 
Rating: ☾☾☾
Sinopsis:
This strange and lovely parable, written as much for adults as for children, and beautifully illustrated by the author, has become a classic of our time.

The narrator, an air pilot, tells how, having made a forced landing in the Sahara Desert, he meets the little prince. The wise and enchanting stories the prince tells about the planet where he lives with three volcanoes and a haught flower, about the other planets and their rulers, and about his fight with the bad seeds, make him an entrancing, unforgettable character.

Antoine de Saint-Exupéry was a novelist and professional air pilot. He wrote The Little Prince a year before his death in 1944.

To those who understand life, that would have given a much greater air of truth to my story.
[hlm. 21]
 
Kalau kata Goodreads, sebenarnya saya berusaha membaca buku ini dari tanggal 5 April 2021. Tebak, kapan baru benar-benar selesai dibaca? 3 September 2021.

Buku ini merupakan buku yang menurut saya amat sangat populer. Saking populernya, hampir setiap hari saya melihat buku ini lewat di base sepanjang awal tahun 2021 sehingga membuat saya akhirya membeli di BBW. Namun, waktu itu saya pikir tidak akan pernah bisa membaca buku ini hingga selesai karena keinginan membaca tidak ada.

Lalu Awal bulan September 2021 ini, saya membuat resolusi untuk kembali mengatur hidup yang berantakan sejak korona. Mulai mencatat kejadian yang dialami di Daylio, mulai mengubah Twitter yang isinya sambat tidak berfaedah menjadi ada gunanya sedikit dan kembali mengaktifkan blog ini. Kembali memutuskan untuk membaca dan ada harapan yang besar kepada buku ini karena RM (Kim Namjoon) pernah membicarakan buku ini. Karena ada album Korea yang terinspirasi dari buku ini yang membuat saya menaruh ekspetasi yang tinggi.

 
The fact is that I did not know how to understand anything!
[hlm. 41]

Tragisnya, saya seperti kutipan di atas saat membaca buku ini. Sampai saya harus bertanya kepada teman kenapa saya tidak menyukai buku ini seperti orang lain? Apa karena saya membeli versi buku ini (yang diterbitkan oleh penerbit di India), memang bahasa bukunya seperti ini atau memang saya yang bodoh?

Mengisahkan tentang narator yang bertemu dengan The Little Prince di padang pasir Sahara. Lalu narator menceritakan kisah Little Prince, mulai dari planetnya yang tidaklah berukuran besar, kehidupannya berubah karena kehadiran bunga mawar, lalu berkelana ke berbagai planet hingga akhirnya bertemu dengan di bumi. Sebelum bertemu narator, Little Prince bertemu dengan banyak hal di bumi.
 
Cara penceritaannya yang beralur campuran dengan transisi yang bisa dibilang ... cukup kasar. Mungkin karena target buku ini untuk anak-anak (yang malah berakhir banyak orang dewasa yang membacanya) sehingga untuk hal seperti ini tidaklah begitu dipedulikan. Juga saya butuh 41 halaman untuk mulai mengerti arah ceritanya.

Lalu saya penasaran dengan penulisnya, Antoine de Saint-Exupéry yang merupakan seorang pilot. Ternyata beliau menulis beberapa buku sebelum The Little Prince, tetapi yang paling populer adalah buku ini. Juga saya mengetahui jika penulisnya meninggal karena pesawat yang dibawanya ditembak jatuh oleh musuh saat perang dunia kedua di laut Mediterania. 
 
Jadi mengerti kenapa buku ini berakhir menjadi public domain dan banyak versi untuk diterbitkan, karena tidak ada orang yang ditunjuk untuk diwariskan sebagai pemilik hak ciptanya.
 
"Then you shall judge yourself," the king answered. "That is the most difficult thing of all. It is much more difficult to judge oneself than to judge others. If you succeed in judging yourself rightly, then you are indeed a man of true wisdom."
[hlm. 51]
 
Sejujurnya, mungkin kekecewaan pada buku ini adalah karena ekspetasi saya yang terlalu tinggi. Karena saya pikir kalau banyak yang membicarakannya hingga idola yang selalu membicarakan tentang buku membahas ini, pastilah ceritanya benar-benar bagus. Kalau diskusi dengan teman, mungkin karena saya tidak bisa benar-benar paham maknanya lantaran inner child yang sudah selesai dengan luka masa lalu. 

Mungkin target buku ini yang bukan untuk saya yang sudah tahu menjalani kehidupan seperti apa. Tidak perlu harus diberitahukan oleh buku ini sehingga merasa biasa dengan ceritanya. Namun, bukan berarti bukunya jelek. Bagi saya, buku ini memiliki banyak makna, tergantung siapa dan kapan buku ini dibacanya. 

Kalau ada bagian yang paling saya sukai dari buku ini adalah, saat Little Prince bertemu dengan Fox. Saya menyukai tokoh ini karena merepresentasikan tentang hubungan dengan orang lain. Maknanya bebas, bisa untuk pertemanan atau pun dalam konteks romansa. Bagi saya yang selalu memiliki masalah dengan hubungan dengan orang lain, tokoh Fox ini seperti teman yang satu pola pikir.

"[...] And I have no need of you. And you, on your part, have no need of me. [...] But if you tame me, then we shall need each other. To me, you will be unique in all the world. To you, I shall be unique in all the world."
[hlm. 90]
 
Rating 3 bulan karena saya menyukai Fox. Namun, saya ingin membuat buku ini menjadi salah satu buku yang akan dibaca berulang-ulang selama hidup. Alias, tahun depan saya akan membacanya kembali dan ingin melihat, apakah penilaian berubah.

[3] Satu Malam Bersamamu

Saturday, September 4, 2021
Judul: Satu Malam Bersamamu
Judul Asli: One Night ... Nine-Month Scandal
Pengarang: Sarah Morgan

Bahasa: English (asli), Indonesia (terjemahan)
Tahun Terbit: 22 Januari 2018
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 216 halaman
Jenis: Soft Cover (dibeli saat Gramedia menjual mystery box bulan Desember 2020)
Rating: ☾☾
Sinopsis:
Kemunculan mobil sport mahal, terutama sekelas Ferrari hitam, di desa Inggris yang tenang sudah pasti akan membuat gempar—tetapi bagi guru sekolah, Kelly Jenkins, itu hanya bisa berarti satu hal: sang mantan kekasih, Alekos Zagorakis, menerjang kembali ke kehidupan Kelly dengan segala keangkuhannya.

Sejak ditinggal di altar pernikahan empat tahun lalu, Kelly sudah bersumpah tidak akan terjerat lagi dalam permainan miliuner Yunani itu. Hanya saja Kelly tak memperhitungkan daya tarik besar yang selalu bergejolak di antara mereka… yang kemudian berujung pada skandal tak terduga.

 
"Itu karena aku punya masalah dengan penataan barang-barangku," ucap Kelly pelan. "Aku takut kehilangan cincin ini." 
[hlm. 18]
 
Sebenarnya, buku ini sudah saya selesai baca pada bulan April 2021 yang lalu. Namun, saya memutuskan untuk membacanya kembali. Memastikan rating yang saya berikan di Goodread memang benar-benar pantas, mengingat buku ini tokoh utama perempuannya (Kelly) begitu menjengkelkan. Apalagi rating untuk 21+ yang tadinya saya pikir memang benar-benar adegan seksualnya akan implisit, ternyata lempeng sekali.

Masih bagusan NSFW buatan penulis fanfiksi di Twitter daripada adegan di buku ini.

Akhirnya, ratingnya turun dari penilaian awal saya di bulan April.
 
Alasan buku ini bisa saya miliki adalah waktu itu di base literatur di Twitter pada bulan Desember 2020 (sepertinya tanggal 12 Desember, tetapi maaf kalau salah karena saya tidak memiliki catatannya di Daylio) ada yang bilang website Gramedia menjual mystery box yang harga 1 kotaknya 50 ribu rupiah dan berisi 10 buku random.
 
Tadinya tidak niat membeli karena ongkos kirimnya ke Balikpapan 2x lipat dari harga mystery box itu sendiri, tetapi akhirnya check out saat tahu teman sedang di Bekasi. Akhir Januari, paket bukunya sampai kepada saya dan memberikan sebagian kepada teman yang membawa ini lantaran tidak tertarik dengan judul yang ada.

Mungkin karena waktu itu saya sedang reading slump dan buku ini termasuk mudah untuk dibaca, sehingga ratingnya lebih tinggi dari seharusnya. Lalu setelah niat membaca kembali seperti beberapa tahun yang lalu saat masih aktif menjadi book blogger, akhirnya rating saya turunkan karena merasa tidak pantas buku ini mendapatkan rating tersebut.

"Aku punya hati nurani," ucap Alekos serak. "Itulah sebabnya aku tidak menikahimu waktu itu. Karena itu salah."
[hlm. 46]

Ceritanya dimulai dari ucapan Alekos yang marah kepada seseorang di telepon, lalu bergulir cepat kepada cincin pertunangannya yang diberikan kepada Kelly 4 tahun yang lalu dilelang di Ebay. Karena sistem lelang, jadi semua orang melakukan penawaran tertinggi dan kurang dari 1 menit sebelum lelang ditutup, Alekos membelinya dengan harga 4 juta dollar.

Kalau kalian berharap dari premis di atas maka alur ceritanya akan oke, kalian salah besar. Selama membaca ini, saya benar-benar jengkel dengan Kelly. Sungguh, rasanya ingin masuk ke dalam cerita ini untuk menjambak tokoh Kelly karena semua hal yang Alekos lakukan itu harusnya mengikuti asumsi di kepalanya. Parahanya, dia juga tidak mengkomunikasikan dengan Alekos.

Padahal saya punya harapan kepada Alekos untuk tetap mempertahankan logikanya hingga akhir dan tidak akan memilih bersama Kelly karena sikapnya yang seperti itu. Namun, semuanya runtuh karena Alekos ini ternyata lemah sekali kalau sudah berhubungan dengan aktifitas seksual bersama Kelly. Ini otak sampai bertanya-tanya si Kelly ini seoke apa sih saat berhubungan intim sampai logikanya Alekos yang tadinya saya sukai, akhirnya hanya bisa, "hadeeeh."

Tokoh yang justru paling menarik pada buku ini adalah tokoh sampingannya, Vivien. Sesungguhnya dia masih memiliki karakter daripada tokoh utamanya sendiri, Kelly.
 
Kalau bukan buku ini berasal dari mystery box Gramedia, mungkin saya sudah benar-benar mengamuk dan memaki di utas Twitter karena membeli buku dengan harga yang tidak murah (harga aslinya di atas 40 ribu pada Pulau Jawa dan pasti semakin mahal jika membeli di Gramedia Balikpapan), tetapi isinya meh.
 
Rating akhir yang saya berikan adalah 2 bulan untuk sampul yang cantik dan Vivien yang membuat saya sedikit terhibur saat menemukannya di akhir cerita.

[2] How to Fall in Love With Anyone: A Memoir in Essays

Judul: How to Fall in Love With Anyone: A Memoir in Essays
Pengarang: Mandy Len Carton

Bahasa: English
Tahun Terbit: 27 Juni 2017
Penerbit: Simon Schuster
Jumlah halaman: 238 halaman
Jenis: Hard Cover (dibeli saat BBW Maret 2021) 
Rating: ☾☾☾
Sinopsis:
An insightful, charming, and absolutely fascinating memoir from the author of the popular New York Times essay, “To Fall in Love with Anyone, Do This,” (one of the top five most popular New York Times pieces of 2015) explores the romantic myths we create and explains how they limit our ability to achieve and sustain intimacy.

What really makes love last? Does love ever work the way we say it does in movies and books and Facebook posts? Or does obsessing over those love stories hurt our real-life relationships? When her parents divorced after a twenty-eight year marriage and her own ten-year relationship ended, those were the questions that Mandy Len Catron wanted to answer.

In a series of candid, vulnerable, and wise essays that takes a closer look at what it means to love someone, be loved, and how we present our love to the world, Catron deconstructs her own personal canon of love stories. She delves all the way back to 1944, when her grandparents first met in a coal mining town in Appalachia, to her own dating life as a professor in Vancouver, drawing insights from her fascinating research into the universal psychology, biology, history, and literature of love. She uses biologists’ research into dopamine triggers to ask whether the need to love is an innate human drive. She uses literary theory to show why we prefer certain kinds of love stories. She urges us to question the unwritten scripts we follow in relationships and looks into where those scripts come from in the first place. And she tells the story of how she decided to test a psychology experiment that she’d read about—where the goal was to create intimacy between strangers using a list of thirty-six questions—and ended up in the surreal situation of having millions of people following her brand-new relationship.

In How to Fall in Love with Anyone Catron flips the script on love and offers a deeply personal, and universal, investigation.

 
For most of my life, I'd conceptualized love as something that happened to me. It isn't merely the story we tell about love that encourage this attitude, but the very words themselves. In love, we fall. We are struck, we are crushed. We swoon. We burn with passion. Love make us crazy or it make us sick. Our hearts ache and then they break. I wonder if this love had to work—or if I could take back some control.

Setelah review pertama yang saya buat, ternyata semangat membaca tidak ada. Kalau bukan karena saya dikasih tugas oleh psikiatri untuk menelusuri tentang alasan tidak tertarik dengan hubungan romansa dan juga karena ingin kembali memulai hidup yang lebih teratur dengan mengisi Daylio, mungkin blog ini benar-benar terlantar.
 
Latar belakang buku ini saya beli karena tertarik dengan konsep fanfiksi yang dibaca di AO3 yang membahas tentang slow love, lalu membuka BBW di bulan Maret 2021 dan tidak sengaja menekan buku ini. Sinopsisnya menurut saya oke, check out dengan buku The Little Prince dan baru kemudian membuka Goodreads, lol. Jangan ditiru sikap saya yang check out duluan, baru mencari tahu ulasan bukunya.
 
Sembari menunggu bukunya sampai ke rumah, ternyata buku ini berasal dari artikel New York Times di rubik Modern Love yang berjudul, To Fall in Love With Anyone, Do This. Artikelnya benar-benar membuat saya terpana dan berujung berlangganan New York Times. Namun, niat membaca artikel tidak sejalan dengan niat membaca bukunya ya. 

Baru dapat ilham membacanya hingga selesai saat 1 September 2021 ini.

Untuk gambaran umum, buku ini merupakan memoir dari kisah 3 generasi keluarga Catron. Iya, buku ini mengisahkan cinta Mamaw dan Papaw (Nenek dan Kakek Catron dari pihak Ibu); Ayah dan Ibu Catron serta Catron sendiri. Penulisnya merupakan pengajar di salah satu Universitas di Vancouver jurusan Literatur Inggris.

I hated this way of talking about love, but I caught myself doing it, too. The right choice, the right person, the right kind of love, the one. Was it moral rightness or narrative rightnessa good person or a good story? As far I could tell, rightness and wrongness were only ever apparent in retrospect. Relationship aren't about quizzes you can pass or fail, but we insist on talking about them as if they are.

Sebelum sampai ke artikel New York Times, pembaca buku ini akan diajak untuk melihat hubungannya Catron dengan pacarnya yang sudah berjalan 10 tahun belakangan. Lalu kemudian, kita akan melihat hubungan orang tua Catron dan melihat hubungan orang tua dari pihak Ibu Catron. Setelah melihat kisah cinta 2 generasi di atas Catron, kita akan kembali melihat hubungannya dengan pacarnya (yang akhirnya menjadi mantan).

Meski saya yakin, kalau membaca cerita Mamaw dan Papaw (Nenek dan Kakek dari pihak Ibu Catron), beberapa orang pasti terganggu dengan fakta jika Mamaw menikah saat berusia 15 tahun dan Papaw berusia 32 tahun. Namun, hal yang perlu saya tekankan dari kisah mereka adalah Mamaw hanya memiliki 3 pilihan dan dari 3 pilihan (terburuk itu), menikah adalah pilihan yang terbaik.
 
Marriage is always more than love story; it's also a socioeconomic instruction. And, as Marina Adshade points out in her book Dollar and Sex: How Economics Influences Sex and Love, "the institution have varied significantly from place to place, from community to community and, importantly, over time."

Kalau membaca cerita orang tua Catron, saya yakin beberapa orang akan merasa terganggu dengan guru yang mengencani muridnya sendiri. Meski tahun 70-an dan 80-an itu tidak akan begitu dipermasalahkan, tetap saja logika pembaca akan merasa ini tidaklah benar. Apalagi jika semakin jauh membaca ceritanya, kemungkinan akan menilai Ayah Catron ini sebagai lelaki manipulatif. 
 
Akhir kisah untuk orang tua Catron ini? Bercerai setelah 20+ tahun menikah.

Kalau tidak menyukai tokoh yang hopeless romantic pada suatu cerita, mungkin akan merasakan kejengkelan yang sama dengan saya selama membaca 100 halaman pertama. Hal yang membuat saya bertahan hingga akhir adalah karena cerita Mamaw dan Papaw. Juga karena ingin melihat versi lebih detail dari artikel New York Times.
 
Serius, kalau berkesempatan membaca buku ini, bertahanlah sampai 100 halaman dan setelah itu benar-benar tidak bisa berhenti membacanya karena dinamika bukunya sudah menyenangkan.
 
If we believe stories motivate us to be more like protagonist so that we can earn their same reward (love, wealth, social promotion, political allies), then we must also believe that protagonist are mostly good. The problem with this idea is that it fail to account for the many stories that offer love as a reward for some rather unimpressive personality traits and behaviors.

Saya tidak menyesal untuk tetap melanjutkan membaca buku ini hingga selesai, lantaran melihat Catron yang akhirnya memiliki character development dari yang hopeless romantic (tetapi berusaha untuk membela diri dengan segala teori saintifik) hingga akhirnya menyadari bahwa cinta itu bukan hanya tentang cerita yang terlihat baik, tetapi juga dari kecocokan dengan individunya.

Juga saya senang karena semakin ke belakang, penulisnya semakin bijak dalam menyikapi soal percintaan. Tidak terpaku pakem seperti cerita fiksi yang selama 100 halaman pertama benar-benar menjadi pedoman untuk kisah cintanya.

When it comes to love, we tend to arrange our narratives to suit our sense of the world as a place that recognized deservingness. But here's what I've come to believe instead: Most of us deserve love, and statistically speaking, most of us will find it. And it will make more of us happyfor at least a little while.

Semua orang pantas merasakan cinta, meski tidak sempurna seperti orang lain. Cinta itu memang membuat kita bahagia, meski hanya sementara. Karena jatuh cinta dan mempertahankannya adalah dua hal yang berbeda. Makanya menurut saya penulisnya di kutipan atas memberitahukan, "setidaknya untuk sementara."

I understood how you could leave someone and feel lost without him, and still choose that loneliness over being with him. 

I understood why you might put off telling anyone about your separation: not quite because you feel embarrassment or shame (thought likely you are experiencing both, deeply) but because you don't want to be judged for decision you have already spend months struggling with.

Menurut saya, buku ini cocok dibaca untuk orang-orang yang mencari jawaban tentang cinta di hidupnya. Bagi orang yang hopeless romantic yang tidak ingin berakhir dengan orang yang salah; bagi orang yang merasa ragu untuk ke jenjang lebih serius dengan pasangannya hanya karena sudah menghabiskan banyak waktu bersamanya sehingga merasa sayang jika hubungannya berakhir; bagi orang yang juga tidak yakin bahwa cinta itu bukanlah suatu hal yang memberikan kebahagiaan karena terlalu banyak hal yang perlu diusahakan jika bersama dengan seseorang.

Saya harap BBW menjual buku ini kembali di bulan September 2021 untuk bisa membuat lebih banyak yang membacanya.

Rating 4 bulan untuk character development, roller coaster emotions dan closure yang diberikan oleh penulis yang realistis.

[1] Magnolia & Lotus: Selected Poems of Hyesim

Tuesday, April 6, 2021
Judul: Magnolia & Lotus: Selected Poems
Pengarang: Chin'gak Kuksa Hyesim
Penterjemah: Ian Haight, T'ae-young Ho
Bahasa: Korea (asli), English (terjemahan)
Tahun Terbit: 4 Juni 2013
Penerbit: White Pine Press
Jumlah halaman: 108 halaman
Jenis: E-book (dapat diakses di Digital Library of Korean Literature) 
Rating: ☾☾☾
Sinopsis:
"Hyesim's poems: transformative as walking high granite mountains by moonlight, with fragrant herbs underfoot and a thermos of clear tea in the backpack. Their bedrock is thusness, their images' beauty is pellucid and new, their view without limit. The shelf of essential Zen poets for American readers grows larger with this immediately indispensable collection."—Jane Hirshfield

"His poems speak softly and clearly, like hearing a temple bell that was struck a thousand years ago."—Sam Hamill

Chin'gak Kuksa Hyesim (1178–1234) was the first Zen master dedicated to poetry in Korea.

Ian Haight's books of translations include Borderland Roads: Selected Poems of Ho Kyun and Garden Chrysanthemums and First Mountain Snow: Zen Questions and Answers from Korea.


If I have no worried, why do I need wine?
To archieve a tranquil heart is to have made a home.
[The Delight of Contentment]

Buku pertama yang saya putuskan untuk review adalah kumpulan puisi karya Chin'gak Kuksa Hyesim yang merupakan biksu pertama yang mendedikasikan diri untuk menulis puisi di Korea. 
 
Hyesim lahir di Hwasung, provinsi Cholla dari Ayah bernama Ch'oe Wan dan Ibu bernama Pae. Nama marga Ibu Hyesim tidak tercatat dalam sejarah lantaran jika sudah menikah, memang pada jaman tersebut tidak perlu dituliskan. Setelah kematian Ayahnya, Hyesim muda hendak menjadi biksu, tetapi ditentang oleh Ibunya. 
 
Akhirnya dia belajar Konfusius dan Buddha di rumah. Membuatnya menjadi terpelajar dalam bidang literatur dan membuat Hyesim berbeda dari biksu lainnya. Saat mempersiapkan diri di akademi untuk menjadi pegawai pemerintahan, Ibu Hyesim meninggal dan membuatnya akhirnya bisa menjadi biksu. 
 
Waktu awal mengabdi menjadi biksu, Hyesim di bawah bimbingan Pojo Kuksa Chinul yang merupakan figur penting untuk bangkitnya Buddha di Korea dan juga pendiri pertama sekolah Buddha di Korea. Hyesim merupakan biksu yang memiliki reputasi tertinggi karena selain menjadi kepala biksu atas perintah kerajaan, juga beberapa kali mendapatkan penghargaan tertinggi dari Raja sampai tahun kematiannya.

Beberapa buku puisi yang dituliskannya antara lain The Enlighten Mind, The Saying of Chin'gak Kuksa of the Chogye Order, Readings of the Diamond Sutra, Elements of Son School dan Poems by Muuija. Muuija adalah pen name Hyesim yang berarti lelaki yang tidak mengenakan pakaian yang mengindikasikan dia tidak begitu memiliki banyak keinginan di dunia. Namun, semua orang menuliskan Hyesim saat mempublikasikan karyanya. 
 
Buku ini, Magnolia & Lotus: Selected Poems of Hyesim merupakan buku yang masih ada arsipnya di Universitas Kumasawa, Jepang. Karya Hyesim pada jamannya berbeda dari karya-karya lainnya adalah caranya yang menggabungkan nilai Konfusius serta Buddha, karena pada jaman itu belum lazim menerima dua nilai yang berbeda dalam satu sistem.

Topik puisi yang dibuat oleh Hyesim biasanya dibagi menjadi 4 tema. 
  1. Regulasi tentang Buddha dan mendisiplinkan diri sendiri.
  2. Representasi dan kebahagiaan dari alam.
  3. Ketertarikan kepada benda atau objek yang dijabarkan untuk mengerti tentang praktek Buddha.
  4. Menerima dan merespon realitas.

Opportune refreshment is not easy to be find—
in this place, I'll try to brew tea.
 

[Tea Spring]

 
Kalau ingin membaca ini, saya harus bilang banyak metapora yang tergantung kepada diri sendiri untuk menterjemahkannya. Seperti brew tea di kutipan atas, maknanya memang bisa benar-benar merebus teh atau maknanya bermeditasi untuk menenangkan diri. Juga ada istilah-istilah Buddha yang saya rasa kalau bukan orang yang beragama tersebut atau yang pernah mempelajari konsep Buddha, akan merasa kebingungan. 
 
Sejujurnya saya beberapa kali harus berhenti membaca dan membuka mesin pencarian untuk mengerti maknanya. Meski pada akhir buku akan ada penjelasan beberapa puisi, tetapi bagi yang merasa metapora buku ini terlalu berat untuk dipahami akan berakhir pusing memikirkan makna yang sebenarnya.

Untuk isi bukunya, saya lebih suka kalau temanya membahas representasi dan kebahagiaan dari alam serta menerima dan merespon realitas. Mungkin karena saya lebih mengerti maknanya dan juga karena beberapa menjadi bahan renungan. Karena setelah ratusan tahun berlalu, masih tetap valid hingga jaman sekarang.

Beberapa judul favorit saya karena begitu kena kepada diri sendiri antara lain:
  • The Delight of Contentment, ini menurut saya tentang kalau hidup baik-baik saja, jangan overthinking.
  • Tea Spring, ini menurut saya tentang ketenangan itu adalah pilihan diri sendiri.
  • Patienly Dreaming, a Buddhist Layman Asks for a Poem About the Pasture Cow, ini menurut saya tentang menerima pemikiran bahwa tidak bisa melakukan sesuatu, padahal sebenarnya bisa, hanya karena lingkungannya selama ini membuatnya percaya untuk tidak bisa melakukannya.
  • Choejon Asks for Dharma, So I Copy This and Send It, ini menurut saya yang paling membuat terdiam selama beberapa saat. Karena rasanya seperti mempertanyakan saya waktu merasa tidak percaya diri.
  • Again, a Poem Given at Departure, ini menurut saya adalah puisi tentang hubungan pertemanan yang paling mengena di antara beberapa puisi dengan tema serupa. Bahwa meski ratusan tahun berlalu, hubungan pertemanan yang sejati tetaplah sama bagi manusia jika dipisahkan satu sama lainnya.
  • Emotions of Seasons, ini menurut saya benar-benar menggambarkan emosi setiap musim dengan baik. Musim semi dengan kebahagiaan dan harapan. Musim panas dengan cuacanya dan tetap memilih untuk tenang. Musim gugur dengan kesedihan yang terjadi. Musim dingin dengan mempertanyakan siapa yang memberikan batasan pada pikiran.
Saya memberikan 3 bulan sebagai rating buku ini karena puisi-puisi di sini menarik untuk beberapa bagian dan masih tetap valid untuk masa sekarang.

INTRODUCTION

Monday, April 5, 2021
Selamat datang di blog saya!



Kalian panggil saja saya dengan Lea.

Saya sebenarnya sudah tidak secepat dahulu dalam membaca buku, tetapi tetap ingin membuat ulasan buku yang dibaca. Buku yang saya baca ada 2 bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Meski pun nanti kenyataannya semuanya akan diulas dalam Bahasa Indonesia lantaran Bahasa Inggris saya yang jongkok ini.

Rencananya, selain mengulas buku, saya juga akan mengulas cerita dari Twitter, Wattpad serta AO3. Meski kemungkinannya cerita yang diulas adalah fan fiction dengan sub spesialis boys love karena daerah bacaan di sana. Kalau homophobic, saya rasa lebih baik jangan membuka blog ini daripada merasa kesal sendiri.
 
Untuk jenis tag review di akun ini akan ada 6, yaitu:
  1. Wattpad Review, merupakan ulasan cerita yang berada di aplikasi ini. Kalau sudah naik cetak, bisa ke review lainnya (novel review atau fanbook review).
  2. Comic Review, merupakan ulasan cerita komik yang dalam bentuk wujud buku maupun dari aplikasi daring.
  3. Novel Review, merupakan ulasan cerita fiksi yang berwujud buku maupun e-book.
  4. Random Review, merupakan ulasan non-fiksi yang berwujud buku maupun e-book dan juga artikel dari media massa.
  5. AO3 Review, merupakan ulasan fan fiksi yang berada pada laman AO3.
  6. Twitter AU Review, merupakan ulasan fan fiksi yang berada pada laman Twitter, baik yang berbentuk narasi maupun fake sosmed AU.
  7. Fanbook Review, merupakan ulasan cerita fan fiksi yang berwujud buku maupun e-book.
Terima kasih karena sudah mampir dan semoga menelusuri blog ini menyenangkan!